Mengenal HIV dan AIDS
7 minute read
Pengertian HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan suatu virus yang menjangkit manusia dengan menyerang dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh.
Pengertian AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan suatu penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia.
Perbedaan HIV dan AIDS
Dari penjelasan tentang HIV dan AIDS, dapat disimpulkan bahwa HIV merupakan sebuah virus, sedangkan AIDS adalah nama penyakit yang disebabkan oleh turunnya sistem kekebalan. Salah satu penyebab AIDS berasal dari virus HIV.
Penularan HIV
HIV menyerang manusia siapapun juga, tanpa membedakan usia, profesi, suku bangsa, orientasi seksual, status sosial dan perbadaan-perbedaan lainnya. Selama perilakunya berisiko terhadap penularan HIV, ada kemungkinan seseorang tertular HIV.
Perilaku Berisiko
Terdapat beberapa perilaku berisiko tertular HIV, di antaranya:
- Melakukan hubungan seksual baik anal, oral maupun vaginal tanpa menggunakan kondom,
- Penggunaan jarum suntik atau alat kesehatan secara bergantian dan berulang tanpa sterilisasi.
- Menyusui bayi.
Proses Penularan
Penularan HIV hanya bisa terjadi jika memenuhi prinsip ESSE, yaitu:
Exit
Keluar cairan pembawa virus HIV dari tubuh orang yang terinfeksi HIV. Cairan pembawa virus tersebut, yakni darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu
Survive
Virus HIV tersebut masih hidup. Karena HIV sangat rapuh dan cepat mati di luar tubuh manusia. HIV juga sensitif terhadap panas dan tidak kuat hidup pada suhu di atas 60 derajat Celcius.
\
Sufficient
Jumlah virusnya cukup untuk menularkan. Karena u ntuk tertular, harus ada konsentrasi HIV yang cukup tinggi. Di bawah konsentrasi tertentu, tubuh manusia cukup kebal terhadap HIV, sehingga tidak terjadi infeksi.
Enter
Virusnya masuk ke dalam pembuluh darah orang lain. Ketika virus sudah masuk ke pembuluh darah, maka HIV ada di seluruh cairan tubuh manusia seperti keringat, air ludah, air mata, darah, cairan sperma, cairan vagina, air susu ibu dan cairan lainnya. Hanya HIV yang ada di darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu saja yang mempunyai konsentrasi yang tinggi untuk HIV dapat melakukan penularan, sedangkan cairan-cairan lainnya tidak.
Cara Penularan
Ada beberapa cara penularan HIV:
- Hubungan seksual yang berisiko tertular HIV dengan seseorang yang terinfeksi HIV.
- Penggunaan jarum suntik atau alat kesehatan yang tercemar HIV secara bergantian.
- Membuat tato dengan alat yang berulang dan digunakan secara bergantian.
- Transfusi darah dari penderita HIV.
- Ibu hamil yang terkena HIV menularkan kepada bayinya saat melahirkan atau saat menyusui.
Mitos Penularan
Terdapat beberapa mitos penularan yang umum terdengar, di antaranya:
- HIV hanya ditularkan oleh gay, waria, pekerja seks, pengguna narkoba suntik atau bule.
- Gigitan nyamuk dapat menularkan HIV.
- HIV menular dengan melakukan ciuman atau pelukan dengan penderita HIV.
- Melakukan aktifitas seksual selain oral, vaginal dan anal dengan penderita HIV seperti onani, jepit paha atau lainnya juga dapat tertular.
Gejala dan Fase Infeksi HIV
Orang yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala apapun juga. Sehingga orang yang terinfeksi HIV sering terlihat sehat dan merasa dirinya sehat-sehat saja. Meskipun tampak sehat, orang dengan virus HIV sudah dapat menularkannya kepada orang lain. Jadi penampilan luar seseorang bukan jaminan bahwa dia bebas dari HIV.
Perjalanan infeksi HIV dalam tubuh manusia sangatlah panjang melalui beberapa fase. Fase HIV merupakan masa yang membentuk HIV menjadi AIDS. Berikut tahapan HIV menjadi AIDS:
Stadium Awal atau Infeksi Akut
Stadium awal dari infeksi virus HIV disebut juga dengan infeksi HIV akut. Gejalanya biasanya muncul antara dua, hingga empat minggu setelah infeksi pertama. Virus akan berkembang biak dengan sangat cepat dan tidak terkendali pada minggu awal tubuh tertular dan terinfeksi virus HIV. Inilah mengapa, pada stadium awal, tubuh seseorang yang telah terinfeksi akan memiliki banyak viral load.
Seseorang dengan HIV akan dengan sangat mudah menularkan kembali virus HIV pada orang lain, terlepas dari waktu infeksi pada stadium ini berlangsung. Gejala yang muncul biasanya tidak jauh berbeda dengan gejala flu, seperti sakit kepala, sakit tenggorokan, dan demam. Beberapa pengidap juga mengalami ruam pada beberapa bagian tubuh dan pembengkakan pada kelenjar getah bening.
Stadium Laten Klinis atau Infeksi Kronis
Tahapan infeksi HIV ini bisa berlangsung hingga 10 atau 15 tahun. Walaupun masih tidak menunjukkan gejala, tetapi virus justru menyerang sel kekebalan tubuh guna memunculkan komplikasi lanjutan. Gejala yang mungkin terjadi pada fase ini adalah sulit bernapas, batuk, diare, tubuh kelelahan, berat badan menurun, hingga demam tinggi. Meski begitu, gejala ini belum dapat diketahui dengan pasti apakah karena infeksi virus HIV atau jenis virus lainnya sebelum dilakukan pemeriksaan.
Stadium Lanjut atau AIDS
Stadium lanjut merupakan tahapan akhir dari infeksi HIV dan AIDS, ketika sistem imunitas tubuh sepenuhnya rusak. Pada fase ini pengidap akan memiliki viral load yang tinggi dan sangat mudah menulari orang lain. Lama waktu fase ini berlangsung hingga 10 tahun, bahkan bisa lebih panjang lagi.
Pada fase AIDS timbul Infeksi Opportunistik yaitu penyakit-penyakit lain yang muncul karena sistem kekebalan tubuh menurun. Beberapa gejala yang umumnya muncul pada fase AIDS, yaitu:
- Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan.
- Diare kronis lebih dari 1 bulan (berulang atau terus-menerus).
- Penurunan berat badan lebih dari 1/10 dalam waktu 3 bulan.
- Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan.
- Infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan (Candida Albicans).
- Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh badan.
- Munculnya Herpes Zoster (herpes kelamin) berulang-ulang.
- Bercak-bercak gatal di seluruh badan.
Namun apabila melihat orang dengan gejala-gejala tersebut bukan berarti orang tersebut pasti AIDS, perlu dibuktikan dulu kebenarannya.
Cara Mengetahui Status HIV Seseorang
Status HIV seseorang hanya dapat diketahui melalui Konseling & Testing HIV Sukarela (KTS) atau yang lebih dikenal dengan istilah Voluntary Counselling & Testing (VCT). VCT dilakukan dengan pengambilan sampel darah untuk diuji di laboratorium mengetahui status HIV, serta melakukan konseling pra dan pasca testing HIV. VCT dilakukan dengan prinsip tanpa paksaan, rahasia, tidak membeda-bedakan serta terjamin kualitasnya. Manfaat dari VCT sendiri selain untuk mengetahui status HIV, juga untuk mendapatkan informasi, pelayanan dan perawatan sesuai kebutuhan masing-masing sedini mungkin. Juga untuk mendukung perubahan perilaku yang lebih sehat dan aman dari penularan HIV.
Obat Penderita HIV dan AIDS
Ada obat untuk HIV yaitu Anti-retro Viral (ARV), namun obat ini hanya untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah HIV dan meningkatkan daya tahan tubuh untuk memperpanjang kemungkinan usia hidup seseorang yang terinfeksi HIV. Jadi ARV belum bisa untuk membunuh atau menghilangkan HIV dari tubuh seseorang. Orang yang minum obat ARV akan melakukannya seumur hidup secara rutin setiap harinya pada jam-jam tertentu sesuai dengan petunjuk tenaga medis yang mendampinginya.
Mencegah Penularan HIV
Mencegah penularan HIV dapat dilakukan dengan menghindari perbuatan berisiko terhadap penularan HIV, yaitu:
- Hanya melakukan hubungan seksual dengan pasangan.
- Melakukan hubungan seksual yang tidak berisiko terhadap penularan HIV, misalnya onani/masturbasi, jepit paha.
- Jika melakukan aktifitas seksual seperti oral, vaginal dan anal selain pada pasangan harus menggunakan kondom dan pelicin berbahan dasar air.
- Tidak menggunakan jarum suntik/alat tindik/alat tatto/pisau cukur/silet yang tercemar HIV secara bergantian.
- Tidak melakukan transfusi darah dari pernderita HIV.
- Ibu dengan status HIV dapat mengikuti program PMTCT ( Prevention Mother To Child Transmition) untuk menghindari penularan pada bayinya.
- Memberikan edukasi tentang informasi HIV & AIDS kepada sesama.
Program Hamil Penderita HIV
Pertanyaan yang sering muncul dari penderita HIV yang ingin mempunyai keturunan, di antaranya:
- Apakah boleh istri hamil dengan kondisi HIV positif?
- Apakah nanti istri tertular jika saya berhubungan tanpa kondom? Sedangkan saya ingin mempunyai anak.
- Apakah nanti anak saya juga akan terinfeksi HIV?
Jika salah satu pasangan atau kedua pasangan mempunyai status HIV positif, maka ada baiknya untuk melakukan konseling kepada dokter spesialis pada penanganan HIV. Sehingga dokter akan membuatkan program kehamilan untuk pasangan dengan status HIV positif. Hal ini bertujuan agar ke depannya anak atau pasangan yang belum terinfeksi HIV tidak akan tertular.
Perilaku terhadap Penderita HIV
Penderita HIV juga belum tentu orang dengan perilaku yang tidak sehat. Oleh karenanya, sikap kita juga harus layaknya sikap kita kepada orang lain pada umumnya. Tidak menjauhi, mengejek atau bahkan melakukan kekerasan fisik. Sehingga mereka (penderita HIV) dapat hidup dan beraktifitas layaknya manusia pada umumnya.
Post a Comment