Penggunaan Tanda Baca dalam Bahasa Indonesia

Tanda baca merupakan tanda yang digunakan dalam sistem ejaan. Tanda baca sebagai wujud atau aturan dalam menekspresikan sebuah kalimat atau kata. Terdapat banyak tanda baca yang digunakan dalam bahasa Indonesia, di antaranya:

Tanda Titik

Tanda titik (.) merupakan sebuah tanda yang digunakan pada akhir kalimat, sebagai aturan untuk kita berhenti membaca atau tanda untuk menyingkat kata atau kalimat.

Contoh:
  • Anis sedang membaca buku berbahasa Inggris.
  • Cerita bergambar milik Anita dipinjam Doni.
Tanda titik (.) digunakan juga dalam sistem penomoran. Namun nomor setekah subbab tidak diberi tanda titik.

Contoh:

1. Penjajahan Belanda
1.1 Penjajahan Belanda di Jawa
1.2 Penjajahan Belanda di Sumatera
2. Penjajahan Jepang
2.1 Kerja Paksa
2.1.1 Akibat dari Kerja Paksa

Tanda titik (.) juga digunakan sebagai tanda pemisah waktu (detik, menit. dan jam).

Contoh:
  • Pukul 02.07.20 (pukul 2 lewat, 7 menit 20 detik atau pukul 2, 7 menit, 20 detik)
Tanda titik (.) juga digunakan sebagai tanda pemisah bagian pada daftar pustaka.

Contoh:
  • Soejono, M. 2012. Analisis Logika Dalam. Jurnal Teologi Indonesia. 10(1): 12-16.
Tanda titik (.) juga digunakan sebagai tanda pemisah ribuan dalam bilangan yang menyatakan jumlah, serta pemisah antara rupiah dan sen.

Contoh:
  • Rp1.234.567,89 (satu juta dua ratus tiga puluh empat ribu lima ratus enam puluh tujuh rupiah delapan puluh sembilan sen).
  • Total jumlah penduduk Desa China adalah 4.134.545 jiwa.

Tanda Koma

Tanda koma (,) digunakan sebagai tanda pemisah pada catatan kaki (footnote).

Contoh:
  • Soejono Machmud, 2012, Analisis Logika Dalam, Jurnal Teologi Indonesia, 10(1): 12-16.
Tanda koma (,) digunakan sebagai tanda pemisah antara nama dan gelar serta nama dan alamat.

Contoh:
  • M. Rachmad, S.I.Kom
  • Sdr. Udin Alampessy, Jl. Raya Malu Malu Ku nomor 13B, Kota Ambon.
Tanda koma (,) digunakan sebagai untuk merinci sesuatu.

Contoh:
  • Jumlah korban pesawat berjumlah 123 orang, dengan 7 orang meninggal, 115 luka berat, 1 orang luka ringan.
  • Tiga, lima, dan tujuh merupakan bilangan prima yang kurang dari 10.
Tanda koma (,) digunakan sebagai pemisah antara anak kalimat yang mendahului induk kalimat. Serta sebelum kata penghubung pada kalimat majemuk yang setara.

Contoh:
  • Harga melonjak tinggi di pasaran, sehingga pemerintah berinisiatif untuk menggantikannya dengan udang asin.
  • Buku itu bukan milik saya, melainkan milik ibu saya.
  • Jika saya diundang, maka saya akan datang.
  • Supaya sehat, kita harus rajin olahraga.
Tanda koma (,) digunakan sebelum atau sesudah kata seru dan kalimat sapaan.

Contoh:
  • O, baiklah!
  • Wow, keren sekali!
  • Bu, kapan pulang/
  • Dedek kangen, Mas, kapan pulang?
Tanda koma (,) digunakan sebagai tanda pemisah petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat, namun tidak untuk kalimat yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.

Contoh:
  • Kata nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup ini."
  • "Kita harus berbagi dalam hidup ini," kata nenek saya, "karena manusia adalah makhluk sosial."
Tanda koma (,) digunakan untuk mengapit keterangan tambahan dalam suatu kalimat.

Contoh:
  • Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.

Tanda Titik Koma

Tanda titik koma (;) digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai kata ganti kata hubung.

Contoh:
  • Ibu memasak; Ayah membantu adik mengerjakan PR.
  • Setiap minggu aku membantu ibu menyapu; Adik dan Ayah pergi ke Pasar Besar.
Tanda titik koma (;) digunakan untuk merinci sesuatu yang sudah menggunakan tanda koma.

Contoh:
  • Ibu ke Pasar membeli sabun, sampo, dan pasta; anggur, jeruk, dan semangka; sepatu Adik, celana dalam Ayah, dan kaos untukku.
Tanda titik koma (;) digunakan pada akhir perincian yang bersifat klausal atau kalimat.

Contoh:

Syarat untuk menjadi anggota OSIS
  1. Berbadan sehat, baik jasmani dan rohani;
  2. Sedang duduk di kelas VII atau VIII;
  3. Skor keaktifan sekolah tidak kurang dari 80 poin; dan
  4. Bersedia mengikuti DIKSAR OSIS di Bogor dengan biaya pribadi.

Tanda Titik Dua

Tanda titik dua (:) digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan.

Contoh:
  • Ibu memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Tanda titik dua (:) juga digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan penjelasan atau keterangan.

Contoh:

Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
Narasumber : Prof. Dr. Rahmat Effendi
Pemandu : Abdul Gani, M.Hum.
Pencatat : Sri Astuti Amelia, S.Pd.

Tanda titik dua (:) juga digunakan dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Contoh:

Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"
Amir : "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"

Tanda titik dua (:) juga digunakan pada penulisan antara jilid atau nomor dan halaman, surah dan ayat dalam kitab suci, judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.

Contoh:
  • Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
  • Surah Albaqarah: 2-5
  • Matius 2: 1-3
  • Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
  • Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.

Tanda Hubung

Tanda hubung (-) digunakan untuk menghubungkan unsur kata yang terpisah oleh pergantian baris.

Contoh:
  • Aji bersama ibunya per-
    gi ke Kota Malang
  • Kepergiannya untuk ber-
    kunjung ke rumah nenek
Tanda hubung (-) juga digunakan untuk menghubungkan unsur kata ulang atau bentuk ulang.

Contoh:
  • Kura-kura
  • Sayur-mayur
  • Aba-aba
  • Gedung-gedung
Tanda hubung (-) juga digunakan untuk menghubungkan tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka.

Contoh:
  • 04-05-1996
  • 1996-12-31
Tanda hubung (-) juga digunakan untuk menghubungkan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.

Contoh:
  • k-e-r-e-t-a
  • k-e-r-j-a
Tanda hubung (-) juga digunakan untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.

Contoh:
  • dua-puluh-lima kali seribu (25x1000)
  • 1/12 (satu perdua-belas)
  • mesin hitung-tangan
  • meng-hitung
Tanda hubung (-) juga digunakan untuk unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.

Contoh:
  • di-paido
  • di-restore
Tanda hubung (-) juga digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.

Contoh:
  • Akhiran -isme menandakan bentuk sitem kepercayaan berdasarkan politik, sosial, atau ekonomi.
  • Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
Tanda hubung (-) juga digunakan untuk
  1. menghubungkan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);
  2. menghubungkan ke- dengan angka (peringkat ke-2);
  3. menghubungkan angka dengan –an (tahun 1950-an);
  4. menghubungkan kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan); 
  5. menghubungkan kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu);
  6. menghubungkan huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
  7. menghubungkan kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).

Tanda Pisah

Tanda pisah (—) digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.

Contoh:\
  • Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
  • Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.
Tanda pisah (—) digunakan untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain.

Contoh:
  • Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar udara internasional.
  • Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Tanda pisah (—) digunakan di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.

Contoh:
  • Tahun 2010—2013
  • Tanggal 5—10 April 2013
  • Jakarta—Bandung

Tanda Tanya

Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya.

Contoh:
  • Sejak kapan Imron berdiri di situ?
  • Apa pendapat Bapak mengenai penggusuran lahan milik Pemkot?
Tanda tanya (?) digunakan di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Contoh:
  • Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
  • Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.

Tanda Seru

Tanda seru (!) digunakan untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.

Contoh:
  • Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!
  • Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
  • Bayarlah pajak tepat pada waktunya!
  • Masa! Dia bersikap seperti itu?
  • Merdeka!

Tanda Elipsis

Tanda elipsis (…) digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan.

Contoh:
  • Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
  • Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah ....
  • ..., lain lubuk lain ikannya.
Tanda elipsis (…) digunakan untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.

Contoh:
  • "Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?"
  • "Jadi, simpulannya ... oh, sudah saatnya istirahat."
Catatan:
  1. Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
  2. Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).

Tanda Petik

Tanda petik ("…") digunakan untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.

Contoh:
  • "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
  • "Kerjakan tugas ini sekarang!" perintah atasannya. "Besok akan dibahas dalam rapat."
  • Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, "Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan."
Tanda petik ("…") digunakan untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Contoh:
  • Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
  • Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
  • Film "Ainun dan Habibie" merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel.
  • Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
  • Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
  • Perhatikan "Pemakaian Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Tanda petik ("…") digunakan untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

Contoh:
  • "Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi.
  • Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!

Tanda Petik Tunggal

Tanda petik tunggal ('…') digunakan untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.

Contoh:
  • Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
  • "Kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!', dan rasa letihku lenyap seketika,"ujar Pak Hamdan.
  • "Kita bangga karena lagu 'Indonesia Raya' berkumandang di arena olimpiade itu," kata Ketua KONI.
Tanda petik tunggal ('…') digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan.

Contoh:
  • tergugat 'yang digugat'
  • retina 'dinding mata sebelah dalam'
  • noken 'tas khas Papua'
  • tadulako 'panglima'
  • marsiadap ari 'saling bantu'
  • tuah sakato 'sepakat demi manfaat bersama'
  • policy 'kebijakan'
  • wisdom 'kebijaksanaan'
  • money politics 'politik uang'

Tanda Kurung

Tanda kurung ((…)) digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Contoh:
  • Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
  • Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
  • Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.
Tanda kurung ((…)) digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.

Contoh:
  • Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
  • Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
Tanda kurung ((…)) digunakan untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.

Contoh:
  • Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
  • Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.
Tanda kurung ((…)) digunakan untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda pemerincian.

Contoh:

  • Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
  • Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
    (1) akta kelahiran,
    (2) ijazah terakhir, dan
    (3) surat keterangan kesehatan.

Tanda Kurung Siku

Tanda kurung siku ([…]) digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.

Contoh:
  • Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
  • Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah bahasa Indonesia.
  • Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan secara khidmat.
Tanda kurung siku ([…]) digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung.

Contoh:
  • Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini.

Tanda Garis Miring

Tanda garis miring (/) digunakan dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Contoh:
  • Nomor: 7/PK/II/2013
  • Jalan Kramat III/10
  • tahun ajaran 2012/2013
Tanda garis miring (/) digunakan sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.

Contoh:
  • mahasiswa/mahasiswi = 'mahasiswa dan mahasiswi'
  • dikirimkan lewat darat/laut = 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
  • buku dan/atau majalah = 'buku dan majalah atau buku atau majalah'
  • harganya Rp1.500,00/lembar = 'harganya Rp1.500,00 setiap lembar'
Tanda garis miring (/) digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.

Contoh:
  • Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.
  • Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.
  • Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.

Tanda Penyingkat

Tanda penyingkat (') atau yang disebut juga dengan apostrof digunakan untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.

Contoh:
  • Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)
  • Mereka sudah datang, 'kan? ('kan = bukan)
  • Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
  • 5-2-'13 ('13 = 2013)