Bentuk Ulang dan Kata Ulang
2 minute read
Pengertian Bentuk Ulang
Bentuk ulang merupakan pola perulangan pada suatu kata. Kata yang mengalami perulangan biasanya tidak mempunyai makna jika hanya berdiri sendiri, sehingga kata yang sudah berulang tadi mempuyai makna lain pada pola perulangan dan kemudian menjadi kata baku.
Contoh kata:
- Sia-sia,
- Kupu-kupu,
- Kura-kura,
- Laba-laba,
- Orong-orong.
Pengertian Kata Ulang
Kata ulang merupakan pola perulangan pada suatu kata. Kata yang mengalami perulangan biasanya digunakan untuk menegaskan kata tersebut atau digunakan untuk menunjukkan banyaknya jumlah. Namun tidak seperti bentuk ulang yang kata hasil pembentukan dari pola perulangan menjadi kata baku, kata ulang tetap mempertahankan kata dasar sebagai kata baku sedangkan kata hasil perulangan hanya sebagai kata reduplikasi.
Contoh kata:
- Rumah-rumah
- Lika-liku
- Undang-undang
- Bolak-balik
- Tetamu
Pedoman Penulisan Bentuk Ulang dan Kata Ulang
Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan untuk melakukan penulisan bentuk ulang dan kata ulang, di antaranya:
Memberikan Tanda Hubung
Bentuk ulang dan kata ulang selalu diikuti oleh tanda panah di setiap katanya. Namun hanya kata ulang saja yang mempunyai pola kata tanpa tanda hubung, sedangkan bentuk ulang semua katanya mempunyai tanda hubung.
Contoh dengan tanda hubung:
- Pura-pura,
- Mondar-mandir,
Contoh tanpa kata hubung:
- Tetangga,
- Sesama,
Perulangan Kata Majemuk
Perulangan pada kata majemuk mempunyai beberapa cara, tergantung pada jenis kata tersebut. Pada umunya pola perulangan kata majemuk hanya dengan mengulang kata dasar saja. Sedangkan untuk kata yang dianggap sebagai kata padu dengan bentuk serangkai, maka penulisan dapat dilakukan dengan mengulang seluruhnya.
Contoh pola umum:
- Ikan-ikan,
- Gedung-gedung.
Contoh pola serangkai:
- Saputangan-saputangan,
- Segienam-segienam,
Penggunaan Angka 2
Penggunaan angka dua dapat digunakan dalam kondisi khusus, sehingga penulis membutuhkan kecepatan dalam hal penulisan.
Contoh penggunaan angka 2:
- Dua2,
- Suka2,
Penggunaan Imbuhan
Bentuk ulang atau kata ulang yang mendapat imbuhan, baik awalan atau akhiran harus ditulis serangkai.
Contoh penggunaan imbuhan:
- Perundang-undangan,
- Bersama-sama,
Penerapan Kaidah KPST
Penerapan kaidah KPST tetap digunakan dalam pedoman penulisan kata ulang dan bentuk ulang. Yang kita tahu, kaidah KPST terdapat dua bentuk, yakni bentuk luluh dan tidak luluh.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Kaidah KPST, baca artikel berikut:
- Mengolok-olok,
- Mengatur-atur,
Contoh bentu luluh:
- Mengkotak-kotakan,
- Memanggil-manggil,
Jenis Bentuk Ulang dan Kata Ulang
Terdapat beberapa jenis bentuk ulang dan kata ulang yang diambil dari penggunaan istilah bahasa Jawa, di antaranya:
Dwilingga
Dwilingga yang artinya dua kata atau dua bentuk merupakan jenis perulangan yang hanya menggunakan kata dasar untuk diulang.
Contoh dwilingga:
- Tamu-tamu,
- Putar-putar,
Trilingga
Trilingga yang artinya tiga kata atau tiga bentuk merupakan jenis perulangan pada bunyi tiruan dengan perubahan bunyi pada setiap katanya.
Contoh trilingga:
- Ba-bi-bu,
- Cap-cip-cup,
Dwipurwa
Dwipurwa yang artinya dua awal merupakan jenis perulangan pada awal kata. Biasanya perulangan ini tidak menggunakan tanda hubung serta perubahan pada vokal awal.
Contoh dwipurwa:
- Tetamu,
- Lelaki,
Dwiwasana
Dwiwasana yang artinya dua akhir merupakan jenis perulangan pada akhir kata. Biasanya kata yang mendapat imbuhan yang diulang hanya akan mengambil kata dasar sebagai bentuk atau kata ulangnya.
Contoh dwiwasana:
- Sekali-kali,
- Mengatur-atur,
Dwilingga Salin Suara
Dwilingga salin suara yang artinya dua kata atau dua bentuk yang berubah bunyi merupakan jenis perulangan yang mengubah bunyi vokal atau konsonannya pada salah katanya.
Contoh perubahan pada vokal:
- Mondar-mandir
- Luntang-lantung
Contoh perubahan pada vokal:
- Sayur-mayur
- Carut-marut
Post a Comment