Penulisan Kata dalam Bahasa Indonesia

Kata merupakan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan sebagai wujud kesatuan perasaan dan pikiran dalam berbahasa. Kata juga merupakan satuan bahasa yang bisa berdiri sendiri, baik itu dari morfem tunggal atau gabungan morfem.

Morfem sendiri merupakan satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna tetap dan tidak bisa dibagi menjadi makna lain yang lebih kecil.

Terdapat berbagai aturan dalam menulis kata dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Kata Dasar

Kata dasar merupakan kata yang mendasari pembentukan kata dengan makna yang lebih luas atau membesar. Kata dasar ditulis satu kesatuan.

Contoh pembentukan kata lebih besar:
  • Jalan menjadi berjalan
  • Jalan menjadi jalanan menjadi perjalanan
  • Jual menjadi jualan menjadi berjualan
Contoh kalimat:
  • Ibu sedang makan soto di rumah Pak Ujang.
  • Pancasila merupakan dasar negara.
  • Ikatan tali pada tiang penyangga itu terlepas.

Kata Berimbuhan

Kata berimbuhan merupakan kata yang sudah mendapatkan imbuhan, baik awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (surfiks) dan awalan-akhiran (konfiks).

Awalan

Awalan merupakan sebuah imbuhan yang dirangkaikan di depan kata, penulisan awalan selalu digabung dengan kata dasar yang mengikuti, kecuali pada penulisan sifat Tuhan dan kata yang harus ditulis dengan huruf kapital di awal. Terdapat beberapa bentuk awalan dalam bahasa Indonesia, seperti me, ber, di, pe, per, ter, se, dan ke, serta terdapat awalan yang diserap dari bahasa Asing.

Contoh:
  • Meninggal
  • Berjalan
  • Dipakai
  • Pemalsu
  • Pertama
  • Terpesona
  • Sekamar
  • Ketua
Untuk awalan yang memiliki sifat terikat juga ditulis serangkai. Bentuk terikat biasanya diambil dari bahasa Ilmiah, bahasa Asing lainnya atau bahasa Sanksekerta.

Contoh:
  • Caturwarga
  • Ultraviolet
  • Biokimia
  • Swafoto
  • Subbagian
  • Pascasarjana
  • Milimeter
  • Kosponsor
  • Mahasiswa
  • Wiraswasta
Untuk awalan pada penulisan sifat Tuhan.

Contoh:
  • Maha Agung
  • Tuhan Yang Maha Pemurah
  • Allah adalah sebaik-baiknya penghapus dosa, karena Allah Maha Pengampun.
Untuk awalan pada penulisan kata yang harus ditulis dengan huruf kapital di awal.

Contoh:
  • Ormas terlarang itu anti-Pancasila
  • Orang dari Tiongkok termasuk bagian dari non-Indonesia, kecuali mereka yang berdarah Tiongkok namun lahir dan besar di Indonesia.
  • Subarto terlihat sangat pro-Barat jika mendengar pidato yang dia sampaikan.
  • Tujuan dari pan-Asia adalah untuk melegistimasi kekuasan kolonial atas bagian Asia.

Sisipan

Sisipan merupakan imbuhan yang terdapat di antara kata dasar. Terdapat beberapa bentuk sisipan, seperti el, em, er, ah dan in.

Contoh:
  • Jelajah berasal dari jajah.
  • Kemuning berasal dari kuning.
  • Seruling berasal dari suling.
  • Bahari berasal dari bari.
  • Kinerja berasal dari kerja.

Akhiran

Akhiran merupakan imbuhan yang terdapat di akhir kata. Terdapat beberapa akhiran dalam bahasa Indonesia, seperti kan, an, dan i., serta terdapat akhiran yang diserap dari bahasa Asing.

Contoh:
  • Ayunkan
  • Didikan
  • Panasi
Untuk akhiran yang diambil dari bahasa Ilmiah, bahasa Asing lainnya atau bahasa Sanksekerta.

Contoh:
  • Budiman
  • Rutinitas
  • Wartawan
  • Gerejawi
  • Sukuisme
  • Gerosentris
  • Egois
  • Relatif\

Gabungan Awalan dan Akhiran

Gabungan awalan dan akhiran merupakan kata yang mendapatkan imbuhan di awal dan akhir. Terdapat beberapa imbuhan awalan dan akhiran dalam bahasa Indonesia, seperti ke-an, ber-an, me-kan, per-an, pe-an, dan me-i.

Contoh:
  • Keadaan
  • Bersalaman,
  • Menegakkan
  • Perdamaian
  • Pelacuran
  • Meniduri

Bentuk dan Kata Ulang

Bentuk ulang merupakan pola perulangan pada suatu kata. Kata yang mengalami perulangan biasanya tidak mempunyai makna jika hanya berdiri sendiri.

Contoh:
  • Sia-sia
  • Kupu-kupu
  • Laba-laba
Kata ulang merupakan pola perulangan pada suatu kata. Kata yang mengalami perulangan biasanya digunakan untuk menegaskan kata tersebut atau digunakan untuk menunjukkan banyaknya jumlah.

Contoh:
  • Gedung-gedung.
  • Bolak-balik
  • Sesama
  • Sayur-mayur
Bentuk dan kata ulang biasanya ditandai dengan penggunaan tanda hubung (-), meski tidak semua menggunakannya.

Silakan baca Bentuk Ulang dan Kata ulang lebih lanjut.

Gabungan Kata

Gabungan kata merupakan dua kata dasar yang mempunyai makna tersendiri atau makna lain dari kata dasarnya. Gabungan kata juga disebut sebagai kata majemuk. Penulisan kata mejemuk selalu dipisah layaknya dua kata dasar.

Contoh:
  • Kambing hitam
  • Duta besar
  • Mata pancing
  • Orang tua
Namun jika kata majemuk mendapatkan awalan sekaligus akhiran (konfiks) maka penulisannya menjadi serangkai.

Contoh:
  • Pertanggungjawaban
  • Mengkambinghitamkan
  • Menggarisbawahi
  • Dilipatgandakan
Namun terdapat kata majemuk yang pasti ditulis serangkai tanpa mendapatkan awalan dan akhiran (konfiks).

Contoh:
  • Acapkali
  • Adakalanya
  • Apalagi
  • Bagaimana
  • Barangkali
  • Beasiswa
  • Belasungkawa
  • Bilamana
  • Bumiputra
  • Darmabakti
  • Dukacita
  • Hulubalang
  • Kacamata
  • Kasatmata
  • Kilometer
  • Manasuka
  • Mangkubumi
  • Matahari
  • Olahraga
  • Padahal
  • Peribahasa
  • Perilaku
  • Puspawarna
  • Radioaktif
  • Saptamarga
  • Saputangan
  • Saripati
  • Sediakala
  • Segitiga
  • Sukacita
  • Sukarela
  • Syahbandar
  • Wiraswata

Pemenggalan Kata

Pemenggalan kata merupakan cara yang dilakukan untuk menuliskan kata yang tidak muat jika ditulis dalam satu baris.

Kata Dasar

  • a-jar
  • au-la
  • bi-as
  • bun-da
  • ins-tru-men
  • ku-ning
  • mu-sya-wa-rah
  • sang-gup
  • ze-bra

Kata Berimbuhan

  • ber-jalan
  • ber-tumpuan
  • bertumpu-an
  • mempertanggungjawab-kan
  • memper-tanggungjawabkan

Kata Majemuk

  • basis-data
  • ba-sis-da-ta
  • adu-domba
  • a-du-dom-ba

Nama Orang

Sidik membaca buku karangan Hamis Daud

Gunakan:

Sidik membaca buku karangan Hamis
Daud

atau

Sidik membaca buku karangan
Hamis Daud

Singkatan

Ojam merupakan lulusan dari UINSA Surabaya

Gunakan:

Ojam merupakan lulusan dari 
UINSA Surabaya

Jangan gunakan:

Ojam merupakan lulusan UIN-
SA Surabaya

Gelar

Acara kali ini disponsori oleh Bapak Aji, S.I.Kom.

Gunakan:

Acara kali ini disponsori oleh Bapak Aji,
S.I.Kom.

Jangan gunakan:

Acara kali ini disponsori oleh Bapak Aji, S.
I.Kom.

Kata Depan

Kata depan merupakan kata yang merangkai kata lain. Kata depan disebut juga dengan preposisi. Terdapat beberapa kata depan, seperti di, ke, dari dan pada.

Contoh:
  • Saya pergi ke rumah Diki.
  • Kiki mendapat kado dari Koko.
  • Patung itu rencananya akan diberikan kepada Bono.
  • Risky akan pergi pada hari Minggu.
Silakan baca Penggunaan Kata Depan (Preposisi) lebih lanjut.

Partikel

Partikel dalam bahasa Indonesia digunakan sebagai penegasan atau pengkhususan dari kata tersebut dalam suatu kalimat. Terdapat beberapa partikel yang ditulis serangkai, seperti tah, kah, lah dan pun, serta partikel yang ditulis terpisah seperti pun dan per. 

Untuk partikel pun yang ditulis serangkai dengan kata dasarnya menandakan sebagai kata hubung.

Contoh partikel serangkai:
  • Biarlah dia yang mendapatkan, meski aku yang berjuang.
  • Aku sudah lelah walaupun aku masih ingin berusaha.
  • Siapakah yang mengambil sandal Pak Juki?
  • Apatah guna berkorban, jika hanya mendapat arang.
Contoh partikel dipisah:
  • Ikan itu dijual per kilonya.
  • Jangankan dua kali, satu kali pun aku tak sudi.
  • Acara itu akan diselenggarakan per 1 Januari 2021.
  • Pulang malam pun, angkutan umum masih ada.

Singkatan atau Akronim

Singkatan atau akronim merupakan cara yang digunakan untuk memendekkan sebuah kalimat yang menandakan suatu nama gelar, orang, dokumen atau organisasi, serta kata majemuk. Terdapat dua cara penulisan, yakni dengan menggunakan titik (.) atau tanpa titik.

Menggunakan Titik

Singkatan menggunakan titik biasanya digunakan untuk menyingkat nama orang atau gelar, serta kata majemuk.

Contoh:
  • M. Machrush Aliy Sirojjam Mushlich menjadi M. Machrush A. S. M.
  • Achmad Maulana Ishak menjadi A. M. Ishak
  • Sarjana Komputer menjadi S.Kom.
  • Sarjana Ekonomi Syariah menjadi S.E.Sy.
  • dan lain-lain menjadi dll.
  • Yang terhormat menjadi Yth.

Tanpa Menggunakan Titik

Singkatan tanpa menggunakan titik biasanya digunakan untuk menyingkat dokumen atau organisasi.

Contoh:
  • Nomor Induk Mahasiswa menjadi NIM
  • Persatuan Guru Republik Indonesia menjadi PGRI
  • Universitas Islam Negeri menjadi UIN
  • Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menjadi KUHP
  • Madrasah Aliyah Kejuruan menjadi MAK

Angka dan Bilangan

Panulisan angka dan bilangan dalam bahasa Indonesia juga diatur untuk memudahkan pembaca serta mengurai kekeliruan makna.

Angka dan bilangan yang umum dijumpai dalam dokumen di Indonesia, yakni angka dalam tulisan romawi, dalam tulisan arab serta bilangan.

Terdapat beberapa cara penulisan, yakni dengan angka atau bilangan, dengan huruf atau dengan gabungan angka atau bilangan dan huruf.

Dengan Angka atau Bilangan

Bilangan atau angka yang tidak bisa dinyatakan dengan satu atau dua kata.

Contoh;
  • Peserta Ujian Nasional di SMAN 1 Palopo berjumlah 351 siswa.
  • Museum Sastra Waringin menyimpan 24 dokumen bersejarah.
Bilangan atau angka yang menyatakan ukuran atau nilai mata uang.

Contoh:
  • 4 liter
  • Rp5.000,00
  • 100 dolar
  • 0,6 desimeter
Bilangan atau angka yang digunakan untuk perincian

Contoh:
  • Terdapat 4 korban meninggal serta 108 korban selamat dengan 13 korban luka berat, 16 korban luka ringan.
  • Jumlah suara sah pasangan Bohir-Alif sebanyak 50 sedangkan untuk pasangan Sodik-Bone sebanyak 1002 dan suara tidak sah sebanyak 544.
Bilangan atau angka digunakan untuk penomoran.

Contoh:
  • Rumah itu beralamatkan di Jalan Perintis no. 179B blok Sundala XII.
  • Bab 20, Pasal 1, Halaman 1997.
  • Alquran (9):16
  • Markus 16:2-6
Bilangan atau angka yang mendapat imbuhan.

Contoh:
  • Ujian ke-156
  • Acara itu populer sekitar tahun 1990-an

Dengan Huruf

Bilangan atau angka yang terdapat di awal kalimat yang terdiri dari dari dua atau tiga kata.

Contoh:
  • Lima ratus ikan terdampar akibat erupsi Gunung Makarena
  • Tiga pemenang Olimpiade Matematika di Jerman berasal dari Indonesia
Jika bilangan atau angka lebih dari dua atau tiga kata, maka susunan diubah dan menggunakan bilangan atau angka.

Contoh:
  • Akibat erupsi Gunung Makarena, 508 orang mengungsi.
  • Olimpiade Matematika di Jerman diikuti 167 peserta.
Bilangan atau angka yang terdapat di dalam kalimat dan dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata.

Contoh:
  • Terdapat sepuluh orang dalam gedung yang terbakar itu.
  • Album PinkBlack terjual lima triliun kopi.
Bilangan atau angka yang mendapat imbuhan.

Contoh:
  • Acara itu populer sekitar tahu seribu dua ratus sembilan puluhan.
  • Pasca perang dunia kedua, Indonesia ikut serta membantu mendamaikan negara yang berkonflik.

Gabungan Angka atau Bilangan dan Huruf

Gabungan sering digunakan dalam penulisan nilai nominal mata uang.

Contoh:
  • Rp1.967.000,90 (satu juta sembilan ratus enam puluh tujuh ribu rupiah semmbilan puluh sen)
  • Biaya yang dikeluarkan oleh Pak Joko untuk membayar ganti rugi sebesar Rp5.0000.0000.000,00 (lima miliar rupiah)

Kata Ganti

Kata ganti merupakan kata yang digunakan untuk menggantikan orang atau benda. Seperti aku, kamu, engkau, dia, baik pada awalan atau akhiran.

Kata ganti selalu ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti.

Contoh:
  • Ibuku sedang membantu Anis mencuci kain.
  • Kubuka bajunya secara perlahan.
  • Apakah Doni itu saudaramu?
  • Buah apel itu boleh kaumakan.
  • Rumahnya berada di Jalan Asemrowo nomor 12, Kota Surabaya.

Kata Sandang

Kata sandang merupakan kata yang tersemat pada seseorang, biasanya digunakan sebagai julukan. Kata sandang selalu ditulis terpisah dengan kata yang mengikuti.

Kata sandang ditulis menggunakan huruf kapital jika merupakan kata yang berkaitan dengan Tuhan atau terletak di awal kalimat.

Contoh:
  • Si Bungsu itu setiap hari mencuci di Sungai Musang.
  • Pak Tani memarahi sang Kancil.
  • Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
  • Dalam Babad Wira, si Kera berhasil menikahi sang Babi.