Kemajuan Peradaban, Tuhan yang Harus Dilawan
2 minute read
Ntah kenapa? Akhir ini saya sering merenungi kehidupan saya yang terkesan mengalami penurunan yang sangat signifikan. Dulu ketika saya masih kecil, saya sering melakukan hal yang bermanfaat terhadap diri saya atau orang sekitar, taat beribadah kepada Tuhan, dan sering berinteraksi dengan orang sekitar. Namun, ketika kemajuan teknologi mulai menyerang diri ini, seperti tidak ada upaya untuk melakukan penolakan, yang ada hanya keinginan untuk terus, terus, dan terus bisa masuk ke dalamnya.
Lambat laun, setelah saya semakin tereposok ke dalam kemajuan ini, saya seakan menjadikan kemajuan sebagai tuhan. Hari demi hari berjalan, semakin tidak ada waktu yang tersisa untuk melakukan aktifitas yang dulunya sering dan bahkan tidak pernah saya tinggalkan, kini yang ada hanyalah sebuah aktifitas untuk menuhankan kemajuan. Andai saya bisa memilih untuk dilahirkan kembali atau dikembalikan ke masa di mana saya belum terjerumus kedalam kemajuan, saya pasti akan meninggalkan kemajuan itu, dan selalu menyerukan kepada semua orang bahwasannya kemajuan ini bisa membunuhmu. Membunuhmu di sini bukanlah dalam artian membunuh secara fisik, melainkan membunuh secara tidak langsung, seperti halnya membunuh pergaulan, membunuh sifat normal dan menjadikanmu abnormal.
Tulisan ini bukan dimaksudkan bahwa saya menentang adanya kemajuan, hanya saja lambat laun, kemajuan ini membunuh jati diri kita sebagai manusia. Memang kemajuan ini sungguh mempermudah kita sebagai manusia, namun dampak dari mempermudah ini, kita sebagai manusia terlihat seperti tidak berguna. Sekecil hal apapun hal yang kita lakukan selalu bergantung pada kemajuan. Otak yang kita punya ini layaknya hanyalah sebuah hiasan semata. Mungkin jika isi dari otak 'Kecerdasan' dijual, pasti harga yang ditawarkan oleh pembeli sangatlah murah, karena otak yang kita punya tidak ada isinya, karena setiap hal yang kita lakukan jarang sekali menggunakan otak, yang kita lakukan hanya mengikuti alunan jemari di antara bunyi tat-tit-tut papan ketik untuk mencari apa yang kita mau di dunia yang tidak kasat mata ini.
Berkat lamunan yang terlalu sering saya lakukan akhir ini, akhirnya saya menyadari apa yang seharusnya saya lakukan pada kemajuan ini, yakni tetap terus memperbaiki diri dan memanfaatkan kemajuan untuk hal positif. Dan meski hingg kini saya tetap membenci diri saya yang sudah terlanjur terjerumus dalam lubang kemajuan ini, saya tetap akan berusaha untuk kembali lagi, kembali menjadi manusia yang bermanfaat dan selalu berinteraksi dengan orang di sekitar dengan tetap mengunakan kemajuan ini sebagai alat untuk menyebarkan hal positif .
Mungkin itulah sedikit celotehan saya tentang kebencian saya terhadap diri saya ini, dan semoga dapat bermanfaat bagi kalian semua yang membaca tulisan ini. Karena waktu yang sudah terlalu larut malam ini, saya cukupkan untuk melanjutkan tarian jemari saya ini, dan sampai jumpa di tarian jemari yang lainnya.
Post a Comment